HYPEBEAST

Studio Visits: Ican Harem

Cek obrolan kami soal manifesto “HAREM”, NFT, hingga esensi Studio Macan di Bali.


Dennis Arthur/Hypebeast IndonesiaSeniOct 31, 2021

TEXT BY

Angga Allensyah


SHARE ARTIKEL INI

LinkShareEmailSendLainnya

Kalau ada satu seniman lokal yang punya eksplorasi karya tak terbatas di bermacam disiplin, mungkin Ican Harem bisa jadi yang menempati peringkat teratas. Sempat kuliah di ISI Jogjakarta, sekarang Ican bermukim di Bali bareng istrinya buat mendirikan studio design bernama Macan (Manda x Ican Harem) Studio.

Selain dikenal memiliki segudang karya di bidang visual lewat medium fashion, lukisan, dan mixed media, Ican juga banyak dikenal lewat eksplorasinya di dunia musik. Mulai dari Cangkang Serigala dengan konsep black metal karaoke, anusapatis yang menghadirkan alunan musik grindcore yang cadas, hingga yang paling baru, Gabber Modus Operandi yang ia bentuk bareng produser musik, Kasimyn, buat Ican baik visual dan musik semuanya adalah bentuk ekspresi dari etos artistik “HAREM” besutannya yang free-spirited.1 of 2

Dennis Arthur2 of 2

Dennis Arthur

Dalam rubrik Studio Visits terbaru HYPEBEAST Indonesia, kami berkunjung ke Studio Macan tempat Ican menghabiskan waktu bareng timnya mengerjakan project client lokal dan internasional. Baca obrolan kami soal manifesto “HAREM”, NFT, hingga esensi studio miliknya di bawah ini.


HB: Can, boleh ceritain sedikit mengenai proses artistik lo? Gimana proses awal nyari dan ngedapetin inspirasinya, lalu membentuk karya lo sampai akhirnya jadi?

Ican: Proses artistik biasanya dimulai dari obrolan. Berdiskusi dengan istri, kerabat, dan teman tentang keresahan yang dirasakan, cerita-cerita klenik, hingga jalan-jalan ke Pasar Kreneng. Dari narasi-narasi tumpang tindih itulah akan menghasilkan gagasan-gagasan dan ide yang relevan dengan keseharian yang nantinya diolah menjadi karya.

“Saya percaya keberadaan anak-anak muda adalah untuk menertawakan dan membuat kesal orang-orang tua yang membosankan. Pesan-pesan eksplisit adalah penanda zaman, dan visual-visual yang kuat akan membangkitkan diskusi dan perdebatan di antara manusia yang berbeda zaman.”

HB: Gimana situasi pandemi dua tahun terakhir berpengaruh ke karir lo sebagai seniman?

I: Jatah performance yang terhenti tidak mengecilkan hati untuk tetap tampil prima. Mungkin di awal pandemi kita semua merasakan kebingungan yang dahsyat, tapi seiring waktu sudah bisa beradaptasi. Inovasi pandemi dan isolasi mandiri tetap menghasilkan karya-karya yang spektakuler.1 of 5

Dennis Arthur2 of 5

Dennis Arthur3 of 5

Dennis Arthur4 of 5

Dennis Arthur5 of 5

Dennis Arthur

HB: Baik lewat medium fashion ataupun visual, karya-karya lo bisa dibilang cukup eksplisit untuk bisa mengundang penikmatnya berpikir kritis. Sebenernya, apa message utama yang ingin lo sampaikan melalui karya-karya tersebut?

I: Saya percaya keberadaan anak-anak muda adalah untuk menertawakan dan membuat kesal orang-orang tua yang membosankan. Pesan-pesan eksplisit adalah penanda zaman, dan visual-visual yang kuat akan membangkitkan diskusi dan perdebatan di antara manusia yang berbeda zaman.

HB: Sejauh ini, gimana lingkungan sekitar lo, terutama studio ini, memengaruhi lo dalam berkarya?

I: Studio yang kami huni bersama istri adalah sebuah suaka jiwa bagi kreatifitas kami. Bertetangga dengan restoran ayam cepat saji, pesisir pantai sanur, dan lampu lalu lintas macet adalah kebahagian tersendiri dalam menelurkan karya-karya yang senonoh.1 of 6

Dennis Arthur2 of 6

Dennis Arthur3 of 6

Dennis Arthur4 of 6

Dennis Arthur5 of 6

Dennis Arthur6 of 6

Dennis Arthur

HB: Seberapa penting studio ini dalam perkembangan karya-karya lo selama ini?

I: Hampir 90% proses karya terjadi berkat studio kami yang amburadul.

HB: Apa tools andalan lo di studio ini?

I: Speakers Funktion-One yang selalu berdentum menemani raungan mesin jahit industrial bermerek BROTHER.

HB: Lewat Gabber Modus Operandi, lo banyak menghasilkan karya-karya digital dan juga NFT. Gimana lo melihat fenomena NFT ini? 

I: NFT adalah jawaban dalam distribusi pasar untuk para kreator yang mempercayai alternatif masa depan. Hal baru yang layak dicoba, tapi untuk personal, saya masih menikmati keprimitifan jual-beli fisik dengan “screenshoot” bukti transferan yang masuk.1 of 4

Dennis Arthur2 of 4

Dennis Arthur3 of 4

Dennis Arthur4 of 4

Dennis Arthur

HB: Dalam interview lain, lo sempat bilang bahwa Harem itu bukan sebuah clothing brand, melainkan custom shop produk 1 of 1 yang merepresentasikan keinginan client lo. Apakah spirit itu juga berlaku ketika lo misalnya melakukan kolaborasi dengan, let’s say, brand retail?

I: Disiplin HAREM memang terinpirasi dari etos purba d imana karya-karya yang dibuat adalah interprestasi ungkapan personal dan gaya komunikasi budaya subculture dari seniman ke kolektor. Spirit “personal “ di sini yang harus dijaga, dan apabila sudah berkolaborasi dengan beberapa situs retail maka pemaknaannya pun berbeda. Maka ada ungkapan “cindera mata” untuk kolaborasi tersebut, tapi dalam proses kreatifnya tetap mengedepankan “rasa personal yang kental”.

“Iman yang kuat dan kokoh pasti dilandasi dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterbukaan. Apabila trend adalah angin ribut, sudah seharusnya iman yang kokoh akan terus bertahan, dan iman-iman yang lemah akan bersemburat digerus zaman.”

HB: Apakah latar belakang lo sebagai seorang seniman bebunyian yang datang dari scene noise dan eksperimental ngasih banyak pengaruh ke lo sebagai seniman di area seni lain?

I: Skena berisik yang saya amini dan menyelam jauh di dalamnya mempengaruhi cara pandang saya secara estetik, nilai-nilai politik, dan memperkaya kreatifitas alternatif. Manifesto “NOISE IS NOT MUSIC” juga menginspirasi saya dalam proses-proses berkarya.1 of 6

Dennis Arthur2 of 6

Dennis Arthur3 of 6

Dennis Arthur4 of 6

Dennis Arthur5 of 6

Dennis Arthur6 of 6

Dennis Arthur

HB: Sekarang banyak orang yang kayaknya semudah itu menyebut dirinya sebagai seniman. Apa pendapat lo soal hal ini? Menurut lo, apa yang ngebedain seniman yang cuman ngikutin tren dan seniman yang beneran?

I: Nda apa-apa, nda ada masalah. SENIMAN, SENIBOY, SENIWATI, SE-“IMAN” atau apapun title-title yang di semayamkan. Ada kalanya “self proclaim” akan di buktikan dengan kerja keras, sedangkan “PENGAKUAN MASYARAKAT” juga belum tentu.

Iman yang kuat dan kokoh pasti dilandasi dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterbukaan. Apabila trend adalah angin ribut, sudah seharusnya iman yang kokoh akan terus bertahan, dan iman-iman yang lemah akan bersemburat digerus zaman.1 of 2

Dennis Arthur2 of 2

Dennis Arthur

SELECT YOUR CURRENCY
USD
IDR